Senin, 02 September 2013

Waktu dan Kedahsyatannya


Allah SWT menganugerahkan waktu yang sangat berharga ini untuk dimanfaatkan seoptimal mungkin, yaitu untuk berkarya, berprestasi besar, dan melejitkan potensi yang kita miliki. Waktu adalah sesuatu yang tidak akan kembali, tidak akan terulang kembali, dan tidak dapat diputar kembali. Yang ada adalah waktu kini dan masa depan. Oleh karena itu, manfaatkanlah karunia agung yang sudah Allah berikan tersebut. Jangan sampai kita termasuk hambaNYA yang lalai, sebagaimana disinyalir oleh kalimat dahsyat Rasulullah SAW, “Ada dua nikmat, dimana banyak orang tertpu dengan keduanya, nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas)
Waktu adalah emas. Pernyataan ini benar bila
diukur dengan nilai-nilai meterialisme dan benar pula menurut orang-orang yang mengukur segala sesuatu dengan kenikmatan dunia. Akan tetapi, orang-orang yang memandang jauh ke depan akan mengatakan, “waktu adalah kehidupan”. Bukankah hidup kita di dunia ini merupakan waktu yang terbentang antara kelahiran dan kematian ?
Meskipun banyak emas yang hilang dan habis, namun kita masih bisa mendapatkannya lagi. Bahkan, mampu mendapatkan berlipat ganda dari yang telah hilang. Akan tetapi, waktu yang telah hilang dan masa yang telah berlalu, tidak mungkin dapat dikembalikan lagi. Jadi, benar bahwa waktu lebih berharga dari emas, permata, atau kekayaan berapa pun, sebab waktu adalah kehidupan itu sendiri.
Pemanfaatan waktu yang benar adalah kunci sukses hidup kita. Waktu adalah momentum untuk berprestasi dan mengukir karya di arca sejarah. Selain itu, memberdayakan diri, tenaga, menemukan momentum, mencetuskan ide segar, kerja dengan benar, berpikir positif dan tawakal, serta menghasilkan karya besar juga ikut mengambil peran dalam kesuksesan kita.
Jika kita merasa mati masih lama, kita benar-benar telah keliru.setan telah berhasil merasuk kedalam aliran darah kita. Sesungguhnya, kita semua sedang dalam perjalanan menuju Allah. Jika saat ini umur kita 20 tahun, berarti kita telah berjalan selama 20 tahun menuju gerbang kematian dalam rangka menghadap Zat Maha Adil. Kita akan kembali kepadaNYA.
Menurut Nabi, rata-rata umur umatnya hanya sekitar 60 tahun. Setiap manusia mempunyai waktu yang sama setiap hari, yaitu 24 jam. Hanya cara menggunakan waktulah yang membedakan masing-masing manusia. Sebuah hasil penelitian telah menyadarkan kita, betapa pentingnya arti waktu umur kita. Isi penelitian tersebut adalah sebagai berikut. Apabila dihitung, masing-masing waktu kita adalah sama, yaitu 60 detik dalam 1 menit, 60 menit dalam 1 jam, 24 jam sehari, 7 hari seminggu, dan seterusnya. Apabila rata-rata umur kita 60 tahun dan menjadikan 8 jam sehari untuk tidur, maka dalam waktu 60 tahun kita telah tidur ±20 tahun. Apabila 60 tahun umur kita dikurangi oleh waktu tidur yang 20 tahun, sisanya adalah 40 tahun. Jika kita menjadikan waktu 5 menit untuk ke toilet, maka dalam waktu 60 tahun kita telah menghabiskan waktu ±5 tahun, sehingga umur kita hanya 35 tahun.
Umur ini masih dikurangi lagi masa baligh kita selama ±15 tahun, tersisa 20 tahun. Dari hitungan tersebut, ternyata kita mengalami hidup hanya ±20 tahun, itu pun kalau kita diberi umur 60 tahun oleh Allah SWT. Bayangkan bila umur kita di dunia hanya 40 tahun, 25 tahun, atau bahkan mati muda. Berapa lama sesungguhnya kita hidup di dunia ? Bayangkan pula kalau kita tidur lebih dari 8 jam sehari dan lebih dari 5 menit ke toilet. Bandingkan dengan kehidupan akhirat, yang menurut riwayat, I hari di akhirat sama dengan 1.000 tahun di dunia. Berarti, keberadaan kita di dunia ini jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat hanya beberapa saat saja.
Apabila telah datang ajal kita, tidak aka nada yang dapat memajukan ataupun menangguhkan, sekalipun hanya sesaat. Amal apakah yang sudah kita perbuat di dunia ? Kehidupan dunia adalah kehidupan sementara. Banyak dalil yang menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal, misalnya “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagiapun di akhirat.” (QS. Ass Syura : 20). Selain itu, Rasulullah SAW juga telah bersabda, “Orang yang piawai adalah orang yang mampu menguasai nafsunya dan beramal untuk masa sesudah mati, sedangkan orang yang dungu ialah yang melepaskan kendali nafsunya dan selalu berangan-angan kosong terhadap Allah.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Barang siapa yang merenungkan ayat dan hadist Nabi di atas, berarti mereka telah mengikuti sifat ihsan. Kesimpulannya, seseorang yang berakal sehat, arif, dan bijaksana kesibukan terbesarnya adalah mengisi semua waktunya dengan hal-hal yang bermanfaat demi kemakmuran akhirat. Namun demikian, sebagai manusia hidup di dunia, kita tidak serta merta meninggalkan dunia. Islam juga telah mengajarkan konsep zuhud, yakni memohon dunia, yang mestinya juga dipandang baik meskipun hati tidak cenderung padanya. Dunia hanya kita jadikan perantara untuk menggapai kehidupan sesungguhnya, yaitu kehidupan akhirat.

“Kita semua hidup dalam ketegangan, dari waktu ke waktu serta dari hari ke hari, dengan kata lain kita adalah pahlawan dari cerita kita sendiri.” (Mary Mc Carthy)
“Waktu adalah modal utama dalam hidup kita. Maka, berbahagialah siapa pun yang pandai mengatur waktu dan memanfaatkan waktu sehingga tidak belalu sia-sia.” (Aa Gym)

Source : Hidayat El-Padary,Rian.2010.Magic Word : Kata Kata Dahsyat Inspiratif Para Pendobrak Dunia. Yogyakarta : Buku Biru

Tidak ada komentar: