Allah SWT menganugerahkan waktu yang sangat berharga
ini untuk dimanfaatkan seoptimal mungkin, yaitu untuk berkarya, berprestasi
besar, dan melejitkan potensi yang kita miliki. Waktu adalah sesuatu yang tidak
akan kembali, tidak akan terulang kembali, dan tidak dapat diputar kembali.
Yang ada adalah waktu kini dan masa depan. Oleh karena itu, manfaatkanlah
karunia agung yang sudah Allah berikan tersebut. Jangan sampai kita termasuk
hambaNYA yang lalai, sebagaimana disinyalir oleh kalimat dahsyat Rasulullah
SAW, “Ada dua nikmat, dimana banyak orang
tertpu dengan keduanya, nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari dari
Ibnu Abbas)
Waktu adalah emas. Pernyataan ini benar bila
diukur
dengan nilai-nilai meterialisme dan benar pula menurut orang-orang yang
mengukur segala sesuatu dengan kenikmatan dunia. Akan tetapi, orang-orang yang
memandang jauh ke depan akan mengatakan, “waktu adalah kehidupan”. Bukankah
hidup kita di dunia ini merupakan waktu yang terbentang antara kelahiran dan kematian
?
Meskipun banyak emas yang hilang dan habis, namun kita
masih bisa mendapatkannya lagi. Bahkan, mampu mendapatkan berlipat ganda dari
yang telah hilang. Akan tetapi, waktu yang telah hilang dan masa yang telah
berlalu, tidak mungkin dapat dikembalikan lagi. Jadi, benar bahwa waktu lebih
berharga dari emas, permata, atau kekayaan berapa pun, sebab waktu adalah
kehidupan itu sendiri.
Pemanfaatan waktu yang benar adalah kunci sukses hidup
kita. Waktu adalah momentum untuk berprestasi dan mengukir karya di arca
sejarah. Selain itu, memberdayakan diri, tenaga, menemukan momentum,
mencetuskan ide segar, kerja dengan benar, berpikir positif dan tawakal, serta
menghasilkan karya besar juga ikut mengambil peran dalam kesuksesan kita.
Jika kita merasa mati masih lama, kita benar-benar
telah keliru.setan telah berhasil merasuk kedalam aliran darah kita.
Sesungguhnya, kita semua sedang dalam perjalanan menuju Allah. Jika saat ini
umur kita 20 tahun, berarti kita telah berjalan selama 20 tahun menuju gerbang
kematian dalam rangka menghadap Zat Maha Adil. Kita akan kembali kepadaNYA.
Menurut Nabi, rata-rata umur umatnya hanya sekitar 60
tahun. Setiap manusia mempunyai waktu yang sama setiap hari, yaitu 24 jam.
Hanya cara menggunakan waktulah yang membedakan masing-masing manusia. Sebuah
hasil penelitian telah menyadarkan kita, betapa pentingnya arti waktu umur
kita. Isi penelitian tersebut adalah sebagai berikut. Apabila dihitung,
masing-masing waktu kita adalah sama, yaitu 60 detik dalam 1 menit, 60 menit
dalam 1 jam, 24 jam sehari, 7 hari seminggu, dan seterusnya. Apabila rata-rata
umur kita 60 tahun dan menjadikan 8 jam sehari untuk tidur, maka dalam waktu 60
tahun kita telah tidur ±20 tahun. Apabila 60 tahun umur kita dikurangi oleh
waktu tidur yang 20 tahun, sisanya adalah 40 tahun. Jika kita menjadikan waktu
5 menit untuk ke toilet, maka dalam waktu 60 tahun kita telah menghabiskan
waktu ±5 tahun, sehingga umur kita hanya 35 tahun.
Umur ini masih dikurangi lagi masa baligh kita selama
±15 tahun, tersisa 20 tahun. Dari hitungan tersebut, ternyata kita mengalami
hidup hanya ±20 tahun, itu pun kalau kita diberi umur 60 tahun oleh Allah SWT.
Bayangkan bila umur kita di dunia hanya 40 tahun, 25 tahun, atau bahkan mati
muda. Berapa lama sesungguhnya kita hidup di dunia ? Bayangkan pula kalau kita
tidur lebih dari 8 jam sehari dan lebih dari 5 menit ke toilet. Bandingkan
dengan kehidupan akhirat, yang menurut riwayat, I hari di akhirat sama dengan
1.000 tahun di dunia. Berarti, keberadaan kita di dunia ini jika dibandingkan
dengan kehidupan akhirat hanya beberapa saat saja.
Apabila telah datang ajal kita, tidak aka nada yang
dapat memajukan ataupun menangguhkan, sekalipun hanya sesaat. Amal apakah yang
sudah kita perbuat di dunia ? Kehidupan dunia adalah kehidupan sementara.
Banyak dalil yang menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan akhirat itu lebih
baik dan lebih kekal, misalnya “Barang
siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan kami tambah keuntungan itu
baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, kami berikan
kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagiapun
di akhirat.” (QS. Ass Syura : 20). Selain itu, Rasulullah SAW juga telah
bersabda, “Orang yang piawai adalah orang
yang mampu menguasai nafsunya dan beramal untuk masa sesudah mati, sedangkan
orang yang dungu ialah yang melepaskan kendali nafsunya dan selalu
berangan-angan kosong terhadap Allah.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Barang siapa yang merenungkan ayat dan hadist Nabi di
atas, berarti mereka telah mengikuti sifat ihsan. Kesimpulannya, seseorang yang
berakal sehat, arif, dan bijaksana kesibukan terbesarnya adalah mengisi semua
waktunya dengan hal-hal yang bermanfaat demi kemakmuran akhirat. Namun
demikian, sebagai manusia hidup di dunia, kita tidak serta merta meninggalkan
dunia. Islam juga telah mengajarkan konsep zuhud, yakni memohon dunia, yang
mestinya juga dipandang baik meskipun hati tidak cenderung padanya. Dunia hanya
kita jadikan perantara untuk menggapai kehidupan sesungguhnya, yaitu kehidupan
akhirat.
“Kita semua hidup dalam
ketegangan, dari waktu ke waktu serta dari hari ke hari, dengan kata lain kita
adalah pahlawan dari cerita kita sendiri.” (Mary Mc Carthy)
“Waktu adalah modal utama
dalam hidup kita. Maka, berbahagialah siapa pun yang pandai mengatur waktu dan
memanfaatkan waktu sehingga tidak belalu sia-sia.” (Aa Gym)
Source : Hidayat El-Padary,Rian.2010.Magic Word : Kata Kata Dahsyat Inspiratif
Para Pendobrak Dunia. Yogyakarta : Buku Biru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar