Selasa, 03 September 2013

Dilema : Antara Pelestarian Budaya Dan Pendidikan


Siapa yang tidak tahu Reog Ponorogo. Pasti semua tahu, kesenian tari asli Indonesia yang berasal dari Ponorogo Jawa Timur ini sempat diklaim oleh Negara Malaysia sebagai kesenian mereka. Dan kini tidak hanya Ponorogo saja yang mempunyai tarian kuda lumping ini. Hampir setiap daerah di Jawa Tengah mempunyai kesenian reog dengan music dan ragam gerak tari yang berbeda-beda. Bukan hanya orang tua, mulai dari anak-anak balita pun sudah mengenal reog. Bahkan banyak anak-anak usia Sekolah Dasar yang menyukai hingga tertarik untuk belajar kesenian yang satu ini.
Di sebuah desa, tepatnya di
Dusun Sodong Kelurahan Polobogo Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang sedang berkembang kesenian reog ini. Semua warga desa ini sangat menyukai kesenian reog ini. Hingga terbentuklah kelompok kesenian reog di desa ini. Setiap malam minggu para penari berlatih untuk lebih meningkatkan keterampilannya. Penarinya pun terdiri dari anak-anak usia SD dan SMP juga para pemuda desa tersebut. Juga para penabuh gamelan yang merupakan music pengiring tarian ini juga oleh para pemuda desa ini.
Sebuah kenyataan yang membanggakan. Ketika para pemuda masih peduli akan kekayaan negeri ini. Karena reog merupakan salah satu dari kekayaan budaya negeri ini yang harus terus dilestarikan. Dengan kesadaran hati, mereka mau meluangkan waktunya untuk melestarikan budaya bangsa ini. Yang tak kalah membanggakan adalah anak-anak sekolah yang juga sangat tertarik dengan kesenian ini, hingga mereka pun ikut belajar menarikan kesenian reog ini.
Namun, di sisi lain ada kekhawatiran orang tua akan anaknya yang ikut tergabung dalam kelompok kesenian ini. Yaitu khawatir tentang pendidikan anaknya. Penulis sempat bertemu dengan salah satu anak yang sangat mencintai reog dan juga belajar tarian ini. Anak ini masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Ketika ditanya tentang reog dan sekolah ia mengaku lebih memilih reog daripada sekolah. Namun ketika dia ditanya mengenai masa depannya, ia mengakui bahwa sekolah lebih baik.Inilah yang menjadikan orang tuanya khawatir. Takut kalau anaknya terganggu sekolahnya karena reog.
Tak bisa disalahkan memang, jika orang tua begitu khawatir dengan pendidikan anaknya. Namun di pundak anak-anak ini jugalah kesenian tradisional Indonesia dapat dipertahankan. Karena generasi mudalah yang bertanggung jawab atas kekayaan bangsa ini. Namun hal ini dapat berjalan beriringan jika orang tua mampu mengarahkan anak-anaknya untuk mengatur waktu belajar dan sekolah, serta waktu untuk reog dan pelestariannya.
Solusi yang bisa penulis berikan adalah, berlatih reog setiap hari sabtu malam sehingga tidak mengganggu waktu belajar. Dan mengikuti pertunjukan ketika libur sekolah sehingga tidak memaksakan harus ikut setiap pertunjukan agar tidak mengganggu waktu sekolah.
Reog milik kita, dan kita juga yang bertanggung jawab atas pelestariannya. Hal ini juga berlaku untuk kekayaan budaya Indonesia yang lainnya. Salam lestari,,,

Tidak ada komentar: