Candi Gedong Songo adalah nama
sebuah komplek bangunan candi peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke 9 (tahun 927 masehi) yang terletak di
desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah,
tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat
sembilan buah candi yang ditemukan oleh Raffles
pada tahun 1804
. Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki
pemandangan alam yang indah. Selain itu, obyek wisata ini juga dilengkapi
dengan pemandian air panas dari mata air yang mengandung belerang,
area perkemahan, dan wisata berkuda.
Pada hari Sabtu tanggal 30
November 2013 lalu, saya dan lima orang teman saya berkunjung ke Candi Gedong
Songo dengan cara yang berbeda seperti kebanyakan orang saat ini. Jika
kebanyakan orang memilih datang ke Candi Gedong Songo dengan kendaraan pribadi,
kami memilih dengan memanfaatkan kendaraan umum untuk mencapai lokasinya. Hmm,,
pasti para pembaca yang pernah kesana akan berfikir betapa lelahnya perjalanan
kami, karena tidak ada satu kendaraan umum pun yang mempunyai rute hingga pintu
gerbang candi.
Perjalanan ini sudah kami
rencanakan jauh-jauh hari, jadi kami sudah siap menghadapi apapun di jalanan.
Memulai perjalanan dari rumah kost kami di Gg. Pisang no.7 Sekaran Gunungpati
Semarang, pukul 07.49 WIB kami sudah bersiap di pinggir jalan untuk menunggu
angkutan yang akan membawa kami ke pasar Ungaran. Tak berapa lama angkutan yang
kami tunggu pun datang. Dengan ongkos lima ribu rupiah, kami sampai di pasar Ungaran
yang memeng pemberhentian terakhir angkutan dengan cat warna hijau tersebut.
Dari pasar Ungaran perjalanan dilanjutkan dengan menumpang bus mini jurusan
Salatiga, kami turun di depan SPBU Lemah Abang dengan ongkos tiga ribu rupiah
tiap orang.
Dari situ sudah terlihat jelas
gapura besar bertuliskan KAWASAN WISATA BANDUNGAN dan banyak papan penunjuk
arah yang menginformasikan Bandungan 5KM dan Gedong Songo 9 KM. Dari Lemah
Abang perjalanan dilanjutkan dengan angkutan warna hijau jurusan Bandungan. Awalnya
kami berniat untuk menumpang sampai Bandungan saja, karena kami tahu harus
benrganti angkutan lagi untuk sampai ke arah Candi Gedong Songo. Namun sopir
angkutan ini menawarkan untuk mengantarkan kami sampai ke dean gerbang candi. Setelah
berunding beberapa saat, akhirnya kami memutuskan untuk menerima tawaran sopir
angkutan ini. Alhasil, ongkos yang seharusnya lima ribu per orang, menjadi
delapan puluh ribu untuk enam orang. Namun ongkos sebesar itu kami rasa cukup
murah, karena jika tidak menerima tawaran tersebut, kami harus mengeluarkan
uang lagi untuk angkutan dan ojek sehingga
sampai ke candi dengan ongkos paling tidak sepuluh ribu rupiah.
Baik, acara berganti-ganti
angkutan pun selesai, pukul 09.25 WIB kami telah sampai di lokasi Candi Gedong
Songo. Dengan tiket seharga enam ribu rupiah kami bisa masuk komplek candi dan
memulai perjalanan lagi. Meskipun ini ke empat kalinya saya berkunjung ke Candi
Gedong Songo, namun dengan waktu, cara tempuh , dan dengan orang-orang yang
berbeda, maka momennya pun berbeda. Walaupun kegiatan yang kami lakukan di sana
sama dengan kebanyakan pengunjung, yaitu berfoto-foto, namun kami tetap
memiliki momen tersendiri.
Dimulai dari candi pertama yang
memukau teman-teman saya, karena sebagian dari mereka ini adalah kunjungan
pertama. Tak banyak yang kami lakukan di candi paling bawah ini, hanya berfoto
berapa kali lalu melanjutkan langkah kami lagi. Perjalanan menuju candi
berikutnya cukup panjang dan melelahkan. Namun inilah setiap momen yang selalu
berbeda setiap kali saya berkunjung ke sini. Dalam perjalanan menuju candi
kedua, kami bertemu dengan dengan banyak orang. Diantaranya supporter sepak
bola dari Magelang yang sedang mengikuti sebuah lomba di sana. Ramah sekali
mereka menyapa kami. Ada juga serombongan pemuda yang jumlahnya sekitar tiga
pasang yang kira-kira seumuran kami, kami rasa mereka selalu merasa terganggu
ketika kami berhenti untuk berfoto. Akhirnya kami persilahkan mereka untuk
berjalan terlebih dahulu. J
Yang menarik, ada seorang pemuda yang masuk bersama kami sejak dari loket. Dia
berjalan beriringan dengan kami. Pemuda ini hanya sendiri dengan dengan HP
ditangannya untuk mengabadikan setiap momen di tempat itu. Saya jadi berfikir,
rasanya asyik jika pergi ke suatu tempat sendirian seperti itu.
Lanjutkan perjalanan, belum sampai candi kedua sepanjang jalan kami disuguhkan banyak warung makan yang membuat kami jadi pengen makan. Tapi godaan itu berhasil kami lewati. Namun sepertinya rasa lapar tidak bisa kami tunda. Akhirnya tempat sejuk di bawah pohon di pinggir jalan kami manfaatkan untuk istirahat dan minikmati camilan yang sengaja kami bawa dari rumah. Di tempat ini pula kami juga mencurahkan segala permasalah yang ada di rumah kost kami. Meskipun belum menemukan solusi, setidaknya kami lega sudah mengetahui dan mengeluarkan semua permasalahan itu. Beginilah saya memaknai perjalanan, bukan hanya untuk menikmati ciptaanNya, tapi juga meluapkan isi hati. Hehee…
Energi sudah terisi kembali,
perjalanan pun dilanjutkan. Komplek candi ketiga sudah di depan mata. Waktunya untuk
foto-foto lagi. :D di tempat ini pemandangan sungguh luar biasa indah. Deretan gunung-gunung
megah terlihat jelas di depan mata. Oke, tidak perlu lama-lama, karena di sini
juga banyak pengunjung lain, jadi tidak leluasa berfoto. Kita lanjut ke komplek
candi keempat dan kelima. Jalannya seperti antara candi satu dan dua, cukup
menanjak.
Di sini sepi jadi kami puas
mengambil banyak gambar di sini, pemandangan tidak jauh beda tapi lebih keren. Apa
lagi lereng ungaran terlihat sangat menawan, karena saat itu matahari sangat
terik, jadi bebas memandang ke segala arah. Setelah puas berfoto, lanjut ke
komplek candi yang terakhir. Jalannya nanjak juga, tapi di sini melewati anak
tangga. Hanya ada satu candi yang masih utuh, yang lain sudah runtuh. Mungkin memang
sudah tidak utuh ketika ditemukan. Entahlah. Candi ini letaknya paling tinggi
diantara candi-candi yang lain. Tak lama berada di tempat ini, kami langsung
lanjut menuruni jalan batu untuk kembali ke bawah. Sempat beristirahat di
tengah jalan, karena tempatnya teduh. Meskipun agak mengganggu perjalanan orang
lain, tapi tak apalah.
Perjalanan terus dilanjutkan
sambil sesekali mata ini mencari-cari buah “strawberi gunung” begitu aku
menyebutnya. Ada yang bilang namanya arbei hutan tau apalah itu. Rasanya asem-asem
manis, ;) tapi tak banyak kami temukan, hanya beberapa saja. Tak apalah, masih
lanjut jalan kami menemui beberapa wisatawan yang berkuda, karena memang jalur
yang kami lewati adalah jalur kuda.
Pukul 12.34 WIB. Akhirnya, sampai
juga di bawah. Karena sudah waktunya dhuhur, kami singgah sebentar ke mushola
untuk shalat dhuhur. Selesai shalat, waktunya mengisi energi. Salah satu warung
di dekat pintu keluar menjadi pilihan kami. Dan menu yang kami pesan adalah
sate kelinci, lontong pecel, dan mie ayam. Sengaja memesan beragam makanan,
biar bisa saling icip-icip. Cukup lama menikmati hidangan makan siang, waktu
menunjukkan pukul 13.20 WIB, saatnya kembali ke kosan.
Kata teman-teman, inilah
perjalanan yang sesungguhnya. Seperti yang sudah saya ungkapkan di depan, kami
berangkat dengan kendaraan umum. Jadi dari gerbang candi kami harus berjalan kaki
menyusuri jalan untuk sampai ke jalan raya. Karena dari sini tidak ada angkutan
umum, hanya ojek, tapi kami memilih berjalan kaki. Sepanjang jalan kami menemui
banyak pedagang bunga di pinggir jalan. Beragam jenis bunga dipajang hingga
tempat itu seperti taman bunga yang indah. Banyak orang dengan kendaraan
pribadinya baik itu roda dua maupun roda empat memandang aneh kepada kami. Buatku
bodo amat, mereka berfikir apa, kami menikmati perjalanan ini. Toh kami tidak
merugikan siapapun.
Setelah sampai di jalan raya,
kami segera menumpang angkutan menuju ke bandungan. Dengan ongkos dua ribu
rupiah, kami sampai di bandungan. Dari bandungan kami menumpang angkot ijo
seperti saat berangkat tadi. Kami turun di Babadan dengan ongkos enam ribu
rupiah. Dari sana kami menumpang angkutan menuju Ungaran dengan ongkos dua ribu
lima ratus rupiah. Sampai di Ungaran Angkutan hijau yang akan membawa kami
menuju Sekaran sudah menunggu. Dengan ongkos lima ribu rupiah kami sudah sampai
di rumah kost kembali pada pukul 17.20 WIB.
Perjalanan panjang, penuh makna,
penuh persahabatan, penuh persaudaraan, dan momen yang mungkin tak terlupakan. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar