Selasa, 03 Desember 2013

Candi Gedong Songo



Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke 9 (tahun 927 masehi) yang terletak di desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat sembilan buah candi yang  ditemukan oleh Raffles pada tahun 1804 . Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki pemandangan alam yang indah. Selain itu, obyek wisata ini juga dilengkapi dengan pemandian air panas dari mata air yang mengandung belerang, area perkemahan, dan wisata berkuda.
Pada hari Sabtu tanggal 30 November 2013 lalu, saya dan lima orang teman saya berkunjung ke Candi Gedong Songo dengan cara yang berbeda seperti kebanyakan orang saat ini. Jika kebanyakan orang memilih datang ke Candi Gedong Songo dengan kendaraan pribadi, kami memilih dengan memanfaatkan kendaraan umum untuk mencapai lokasinya. Hmm,, pasti para pembaca yang pernah kesana akan berfikir betapa lelahnya perjalanan kami, karena tidak ada satu kendaraan umum pun yang mempunyai rute hingga pintu gerbang candi.

Perjalanan ini sudah kami rencanakan jauh-jauh hari, jadi kami sudah siap menghadapi apapun di jalanan. Memulai perjalanan dari rumah kost kami di Gg. Pisang no.7 Sekaran Gunungpati Semarang, pukul 07.49 WIB kami sudah bersiap di pinggir jalan untuk menunggu angkutan yang akan membawa kami ke pasar Ungaran. Tak berapa lama angkutan yang kami tunggu pun datang. Dengan ongkos lima ribu rupiah, kami sampai di pasar Ungaran yang memeng pemberhentian terakhir angkutan dengan cat warna hijau tersebut. Dari pasar Ungaran perjalanan dilanjutkan dengan menumpang bus mini jurusan Salatiga, kami turun di depan SPBU Lemah Abang dengan ongkos tiga ribu rupiah tiap orang.
Dari situ sudah terlihat jelas gapura besar bertuliskan KAWASAN WISATA BANDUNGAN dan banyak papan penunjuk arah yang menginformasikan Bandungan 5KM dan Gedong Songo 9 KM. Dari Lemah Abang perjalanan dilanjutkan dengan angkutan warna hijau jurusan Bandungan. Awalnya kami berniat untuk menumpang sampai Bandungan saja, karena kami tahu harus benrganti angkutan lagi untuk sampai ke arah Candi Gedong Songo. Namun sopir angkutan ini menawarkan untuk mengantarkan kami sampai ke dean gerbang candi. Setelah berunding beberapa saat, akhirnya kami memutuskan untuk menerima tawaran sopir angkutan ini. Alhasil, ongkos yang seharusnya lima ribu per orang, menjadi delapan puluh ribu untuk enam orang. Namun ongkos sebesar itu kami rasa cukup murah, karena jika tidak menerima tawaran tersebut, kami harus mengeluarkan uang lagi untuk angkutan dan ojek sehingga  sampai ke candi dengan ongkos paling tidak sepuluh ribu rupiah.
Baik, acara berganti-ganti angkutan pun selesai, pukul 09.25 WIB kami telah sampai di lokasi Candi Gedong Songo. Dengan tiket seharga enam ribu rupiah kami bisa masuk komplek candi dan memulai perjalanan lagi. Meskipun ini ke empat kalinya saya berkunjung ke Candi Gedong Songo, namun dengan waktu, cara tempuh , dan dengan orang-orang yang berbeda, maka momennya pun berbeda. Walaupun kegiatan yang kami lakukan di sana sama dengan kebanyakan pengunjung, yaitu berfoto-foto, namun kami tetap memiliki momen tersendiri.
Dimulai dari candi pertama yang memukau teman-teman saya, karena sebagian dari mereka ini adalah kunjungan pertama. Tak banyak yang kami lakukan di candi paling bawah ini, hanya berfoto berapa kali lalu melanjutkan langkah kami lagi. Perjalanan menuju candi berikutnya cukup panjang dan melelahkan. Namun inilah setiap momen yang selalu berbeda setiap kali saya berkunjung ke sini. Dalam perjalanan menuju candi kedua, kami bertemu dengan dengan banyak orang. Diantaranya supporter sepak bola dari Magelang yang sedang mengikuti sebuah lomba di sana. Ramah sekali mereka menyapa kami. Ada juga serombongan pemuda yang jumlahnya sekitar tiga pasang yang kira-kira seumuran kami, kami rasa mereka selalu merasa terganggu ketika kami berhenti untuk berfoto. Akhirnya kami persilahkan mereka untuk berjalan terlebih dahulu. J Yang menarik, ada seorang pemuda yang masuk bersama kami sejak dari loket. Dia berjalan beriringan dengan kami. Pemuda ini hanya sendiri dengan dengan HP ditangannya untuk mengabadikan setiap momen di tempat itu. Saya jadi berfikir, rasanya asyik jika pergi ke suatu tempat sendirian seperti itu.

Lanjutkan perjalanan, belum sampai candi kedua sepanjang jalan kami disuguhkan banyak warung makan yang membuat kami jadi pengen makan. Tapi godaan itu berhasil kami lewati. Namun sepertinya rasa lapar tidak bisa kami tunda. Akhirnya tempat sejuk di bawah pohon di pinggir jalan kami manfaatkan untuk istirahat dan minikmati camilan yang sengaja kami bawa dari rumah. Di tempat ini pula kami juga mencurahkan segala permasalah yang ada di rumah kost kami. Meskipun belum menemukan solusi, setidaknya kami lega sudah mengetahui dan mengeluarkan semua permasalahan itu. Beginilah saya memaknai perjalanan, bukan hanya untuk menikmati ciptaanNya, tapi juga meluapkan isi hati. Hehee…
Energi sudah terisi kembali, perjalanan pun dilanjutkan. Komplek candi ketiga sudah di depan mata. Waktunya untuk foto-foto lagi. :D di tempat ini pemandangan sungguh luar biasa indah. Deretan gunung-gunung megah terlihat jelas di depan mata. Oke, tidak perlu lama-lama, karena di sini juga banyak pengunjung lain, jadi tidak leluasa berfoto. Kita lanjut ke komplek candi keempat dan kelima. Jalannya seperti antara candi satu dan dua, cukup menanjak.
Di sini sepi jadi kami puas mengambil banyak gambar di sini, pemandangan tidak jauh beda tapi lebih keren. Apa lagi lereng ungaran terlihat sangat menawan, karena saat itu matahari sangat terik, jadi bebas memandang ke segala arah. Setelah puas berfoto, lanjut ke komplek candi yang terakhir. Jalannya nanjak juga, tapi di sini melewati anak tangga. Hanya ada satu candi yang masih utuh, yang lain sudah runtuh. Mungkin memang sudah tidak utuh ketika ditemukan. Entahlah. Candi ini letaknya paling tinggi diantara candi-candi yang lain. Tak lama berada di tempat ini, kami langsung lanjut menuruni jalan batu untuk kembali ke bawah. Sempat beristirahat di tengah jalan, karena tempatnya teduh. Meskipun agak mengganggu perjalanan orang lain, tapi tak apalah.
Perjalanan terus dilanjutkan sambil sesekali mata ini mencari-cari buah “strawberi gunung” begitu aku menyebutnya. Ada yang bilang namanya arbei hutan tau apalah itu. Rasanya asem-asem manis, ;) tapi tak banyak kami temukan, hanya beberapa saja. Tak apalah, masih lanjut jalan kami menemui beberapa wisatawan yang berkuda, karena memang jalur yang kami lewati adalah jalur kuda.
Pukul 12.34 WIB. Akhirnya, sampai juga di bawah. Karena sudah waktunya dhuhur, kami singgah sebentar ke mushola untuk shalat dhuhur. Selesai shalat, waktunya mengisi energi. Salah satu warung di dekat pintu keluar menjadi pilihan kami. Dan menu yang kami pesan adalah sate kelinci, lontong pecel, dan mie ayam. Sengaja memesan beragam makanan, biar bisa saling icip-icip. Cukup lama menikmati hidangan makan siang, waktu menunjukkan pukul 13.20 WIB, saatnya kembali ke kosan.
Kata teman-teman, inilah perjalanan yang sesungguhnya. Seperti yang sudah saya ungkapkan di depan, kami berangkat dengan kendaraan umum. Jadi dari gerbang candi kami harus berjalan kaki menyusuri jalan untuk sampai ke jalan raya. Karena dari sini tidak ada angkutan umum, hanya ojek, tapi kami memilih berjalan kaki. Sepanjang jalan kami menemui banyak pedagang bunga di pinggir jalan. Beragam jenis bunga dipajang hingga tempat itu seperti taman bunga yang indah. Banyak orang dengan kendaraan pribadinya baik itu roda dua maupun roda empat memandang aneh kepada kami. Buatku bodo amat, mereka berfikir apa, kami menikmati perjalanan ini. Toh kami tidak merugikan siapapun.
Setelah sampai di jalan raya, kami segera menumpang angkutan menuju ke bandungan. Dengan ongkos dua ribu rupiah, kami sampai di bandungan. Dari bandungan kami menumpang angkot ijo seperti saat berangkat tadi. Kami turun di Babadan dengan ongkos enam ribu rupiah. Dari sana kami menumpang angkutan menuju Ungaran dengan ongkos dua ribu lima ratus rupiah. Sampai di Ungaran Angkutan hijau yang akan membawa kami menuju Sekaran sudah menunggu. Dengan ongkos lima ribu rupiah kami sudah sampai di rumah kost kembali pada pukul 17.20 WIB.
Perjalanan panjang, penuh makna, penuh persahabatan, penuh persaudaraan, dan momen yang mungkin tak terlupakan. J

Tidak ada komentar: