Senin, 21 Juli 2014

Jangan Ke Pulau Sempu !



Sekitar satu bulan yang lalu, saya banyak bertanya mengenai Pulau Sempu. Mulai dari transportasi, biaya, dan perinjinannya. Namun jawaban yang saya dapatkan justru bukan yang saya inginkan. Bagaimana tidak, bukan informasi yang saya tanyakan yang saya dapatkan, melainkan himbauan agr tidak berkunjung ke pulau tersebut. Mengapa? Kata mereka, Pulau Sempu itu bukan tempat wisata, Pulau Sempu itu cagra alam yang dilindungi, Pulau Sempu sudah tidk bagus lagi karena banyak sampah yang ditinggalkan pengunjungnya. Baiklah, saya terima jawaban itu semua. Saya juga tidak mau menjadi bagian dari mereka yang tidak bertanggungjawab dengan meninggalkan sampahnya di Pulau Sempu. Saya urungkan niat saya untuk kesana
.
Setelah berdiskusi dengan teman-teman mengenai jawaban yang saya terima tadi, dan niat saya untuk membatalkan pergi ke Pulau Sempu, teman-teman justru berbalik “menyerang” saya. Mereka tetap ingin melanjutkan rencana. Kata teman-teman saya, kita bukan bagian dari mereka yang membuang sampah sembarangan, kita bisa bawa pulang sampah kita masing-masing. Baiklah, saya merenung kembali. Kalau dikir-pikir boleh juga, sambil melanjutkan rencana kesana, saya juga bisa belajar dan membuktikan jawaban-jawaban yang saya terima di atas.
Akhirnya keputusan sudah bulat. Kami berngkat malam itu dari stasiun Poncol Semarang pukul 22.20 hingga sampai di Malang pukul 07.24 keesokan harinya. Kami sempatkan sarapan di depan stasiun hingga pukul 09.00 kami melanjutkan perjalan menuju Sendang Biru. Sendang Biru adalah pelabuhan untuk menyeberang menuju Pulau sempu. Pukul 11.44 kami sampai ke Sendang Biru. Setelah mandi dan sholat, perjalanan kami lanjutkan dengan menyeberang menuju pulau seluas 877 hektar, Pulau Sempu. Sekitar 15 menit di atas perahu, sampailah kami di Pulau Sempu.

sampah berserakan
Sampah berserakan
Baru sampai kami sudah disambut oleh sampah yang berserakan di sekitar bangunan mirip pos bertuliskan “BBKASDA Jawa Timur”. Kami segera melanjutkan perjalanan memasuki hutan dengan dipandu oleh seorang guide. Semakin dalam kami memasuki hutan, bayak yang saya temukan disana. Jalan setapak yang sangat jelas sering dilewati oleh manusia. Juga pohon-pohon besar yang mungkin sudah berusia puluhan bahkan ratusan tahun. Sayangnya pohon-pohon itu tak sedikit yang yang penuh coretan dan sayatan. Mengerikan. Sepanjang jalur yang kami lewati memang tidak banyak sampah yang kami temui. Setelah berjalan sekitar satu jam sampailah kami di Segara Anakan, tempat kami berhenti untuk menghabiskan waktu disini.
Puluhan Tenda Berdiri Di pinggir Pantai Segara Anakan
Sayang, keadaan disini sama dengan kabar diluar sana. Kecewa, pasti. Tempat ini bagus, indah malah. Tapi sangat disayangkan tempat seindah ini harus ternodai dengan sampah disana sini. Ditambah banyak tenda yang sudah berdiri di pinggir pantai. Sudah mirip perkampungan saja tempat ini. Terlebih tempat ini memang bukan tempat wisata, melainkan cagar alam yang dilindungi.
 Memang benar, tak seharusnya aku disini, menjadi bagian dari mereka yang tak mau peduli dengan keindahan ciptaanNya. Meskipun aku berusaha sebaik-baiknya tidak menodai tempat ini. Harusnya tempat ini sepi dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan kurang bersyukur itu. Tapi kenyataannya mereka disini bagaikan perkampungan yang seharusnya ada di tempat lain, bukan disini. Seketika itu badmood langsung menyerangku. Rasanya tak ingin menyentuh air di depan sana. Dan benar, sampai akhir waktu kami di sana, saya tidak membasahi tubuh saya dengan air laut.
Pemandangan indah yang harus dijaga kelestariannya
Seharusnya kita jangan ke Pulau Sempu jika tidak bisa bertanggung jawab atas apa yang kita miliki, termasuk sampah. Sampah itu yang membawa kita, jadi kita juga yang bertanggungjawab untuk membuangnya. Bukan ditinggalkan di sembarang tempat yang tidak semestinya. Mari kita ke Pulau Sempu, mari kita bersihkan pantai dan lautnya dari sampah dan kotoran yang ada disana. Kasihan anak cucu kita kelak jika hanya mendengar cerita keindahannya, tetapi kenyataannya parah.

Tidak ada komentar: